Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 17 Januari 2013


BAB I
    PENDAHULUAN
1.      TEKANAN DARAH
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi. Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan ystemc. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan kurang dari 90 mmHg dan tekanan masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun ystem.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan.
2.      PENGATURAN TEKANAN DARAH
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
·         Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
·         Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi “vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau ystem di dalam darah.
·         Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.Sebaliknya, jika:
·    Aktivitas memompa jantung berkurang
·         Arteri mengalami pelebaran
·         Banyak cairan keluar dari sirkulasi
Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan ystem saraf otonom (bagian dari ystem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
Ø Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
Ø Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
Ø Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf otonom
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan:
Ø meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)
Ø meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)
Ø mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh
Ø melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.























BAB II
PEMBAHASAN
Ny. Mike 52 tahun mengalami hipertensi dengan eluhan sait kepala. Ny. Mike mendapatkan terapi dan diet rendah lemak, garam dan trigiserida. 

1.      Definisi Hipertensi
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksi (sphygmomanometer) ataupun ala digital lainnya.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.
Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung (Heart attack).
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi dikenal dengan 2 type klasifikasi, diantaranya Hipertensi Primary dan Hipertensi Secondary :

a.       Hipertensi Primary
Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.
b.      Hipertensi Secondary
Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh.
c.       Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang menderita hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolang parah/berbahaya, Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami Preeclampsia dimasa kehamilannya itu.
Preeclampsia adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi maka disebut Eclamsia.

2.      Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Kategori
Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Diastolik
Normal
< 120 mmHg
(dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi
120-139 mmHg
(atau) 80-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg
(atau) 90-99 mmHg
Stadium 2
>= 160 mmHg
(atau) >= 100 mmHg



3.      Penyebab Hipertensi
a.       Penggunaan obat-obatan
Obat-obatan golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.
b.      Life style
Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alcohol, kurang olahraga, obesitas juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
c.       Kompliasi akibat penyait yang menyertai
Hipertensi bisa disebabkan karena komplikasi penyakit-penyait lain seperti penyakit jantung/ginjal, diabetes, atau tumor dari kelenjar adrenal, maupun kehamilan.

Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain:
a.       Keturunan
b.      Usia
c.       Berat Badan
d.      Konsumsi Garam
e.       Ras
f.       Pola makan dan gaya hidup
g.      Aktivitas olahraga
4.      Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
Ø sakit kepala
Ø kelelahan
Ø mual
Ø muntah
Ø sesak nafas
Ø gelisah
Ø pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Komplikasi Hipertensi

Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi essensial. Kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. gejala-gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
Gangguan penglihatan, Gangguan saraf, Gagal jantung,Gangguan fungsi ginjal, Gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma.
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke, yang dapat menjurus pada kerusakkan otak atau syaraf. Stroke-stroke umumnya disebabkan oleh suatu hemorrhage (kebocoran darah/leaking blood) atau suatu gumpalan darah (thrombosis) dari pembuluh-penbuluh darah yang mensupali darah ke otak. Gejala-gejala dan tanda-tanda (penemuan-penemuan pada pemeriksaan fisik) pasien dievaluasi untuk menilai kerusakkan syaraf. Sebuah stroke dapat menyebabkan kelemahan, kesemutan/rasa geli, atau kelumpuhan dari tangan-tangan atau kaki-kaki dan kesulitan-kesulitan bicara dan penglihatan. Stroke-stroke kecil yang berganda dapat menjurus pada dementia (kapasitas intelektual yang lemah/impaired intellectual capacity). Pencegahan yang paling baik untuk komplikasi-komplikasi hipertensi ini adalah kontrol tekanan darah.
Sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan. Beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. Seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. Kebiasaan makan juga perlu diwaspadai. Pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.(sumber info: Global Network edisi Agustus 2007)
Serangan jantung suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh bagian otot jantung (myocardium) akibat mendadak sangat berkurangnya suplai darah ke bagian otot jantung. Berkurangnya darah kejantungsecara tiba-tiba dapat terjadi ketika salah satu nadi koroner ter blokade selama beberapa saat,akibat mengencangnya nadi koroner atau akibat pergumpalan darah. Serangan jantung mungkin dimulai dengan rasa sakit yang tidak jelas, rasa tidak nyaman, atau rasa sesak dibagian tengah dada.


           







ASUHAN EPERAWATAN
Dx.1 : Nyeri, sakit kepala  b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Yang di manifestasikan oleh: melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regional suboksipital, terjadi pada saat bangun, dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu berdiri.
Segan untuk menggerakkan kepala, menggaruk kepala, menghindari sinar terang dan keributan, mengerutkan kening, menggenggam tangan.
Melaporkan kekakuan leher, pusing, pengelihatan kabur, mual, muntah.
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
-       Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/ terkontrol.
-       Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
-       Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
-        Mempertahankan tirah baring selama fase akut

-        Berikan tindakan nonfarmakologi untuk meredakan nyeri. Mis. Kompers dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tekni relaksasi (panduan imajinasi, destriksi) dan aktifitas waktu senggang.

-        Hilangkan aktivitas vasokontrisi yang dapat meningkatkan sakit kepala. Mis. Mengejan saan BAB, batuk panjang, membungkuk.


-       Bantu pasien dalam ambulasis sesuai kebutuhan.





-       Kolaborasi : beriakan sesuai indikasi =>  analgesic;


antiansietas, mis. Lorazepan (ativan), diazepam (valium).
-       Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
-       Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat dan memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

-       Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkab sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral.

-          Pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural.

-          Dapat menurunan nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simpatis.

-          Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stres.


Dx. 2: peningkatan curah jantung b.d peningkatan afterload
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
-    Berpartisipasi dalam aktifitas penurunan TD/ beban kerja jantung.
-    Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima.
-    Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
-    Pantau TD, ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.














-    Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.










-    Perbandingan dari tekanan memberikan gamabaran yang lebih lengkap tentang ketrelibatan/bidang masalah vascular.
Hipertensi berat:
Diastole: 130, >130: penignkatan pertama, kemudian maligna.
Hioertensi sistolik juga faktor resiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolic 90-115.
-  Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena.