BAB
I
PENDAHULUAN
1. TEKANAN DARAH
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik),
angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi. Tekanan darah
kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan ystemc. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan
darah
140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka
beberapa minggu.
Pada hipertensi sistolik terisolasi,
tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan kurang dari 90
mmHg dan tekanan masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan
pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia
80 tahun dan tekanan terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang
secara perlahan atau bahkan menurun ystem.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa
tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko dan
sebaiknya diberikan perawatan.
2. PENGATURAN
TEKANAN DARAH
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara:
·
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya
·
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal
dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi “vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau ystem di dalam darah.
·
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat.Sebaliknya, jika:
· Aktivitas memompa jantung berkurang
·
Arteri mengalami pelebaran
·
Banyak cairan keluar dari sirkulasi
Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan
oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan ystem saraf otonom (bagian dari ystem
saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
Ø Jika tekanan darah meningkat, ginjal
akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya
volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
Ø Jika tekanan darah menurun, ginjal
akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan
tekanan darah kembali ke normal.
Ø Ginjal juga bisa meningkatkan
tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya
akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan
darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan
terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal
(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga
bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf otonom
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf
otonom, yang untuk sementara waktu akan:
Ø meningkatkan tekanan darah selama
respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)
Ø meningkatkan kecepatan dan kekuatan
denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar
arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan
darah yang lebih banyak)
Ø mengurangi pembuangan air dan garam
oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh
Ø melepaskan hormon epinefrin (adrenalin)
dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.
BAB II
PEMBAHASAN
Ny. Mike 52 tahun mengalami
hipertensi dengan eluhan sait kepala. Ny. Mike mendapatkan terapi dan diet
rendah lemak, garam dan trigiserida.
1. Definisi Hipertensi
Penyakit
darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di mana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan
oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan
tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air
raksi (sphygmomanometer) ataupun ala digital lainnya.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi
adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis
(dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga
bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu
tinggi adalah salah satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung
kronis.
Nilai
normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat
aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas
sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil.
Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan
meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.
Bila
seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan
pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita
kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah
tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras,
akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah
jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum
terjadinya stroke dan serangan jantung (Heart attack).
Penyakit
darah tinggi atau Hipertensi dikenal dengan 2 type klasifikasi, diantaranya
Hipertensi Primary dan Hipertensi Secondary :
a. Hipertensi Primary
Hipertensi
Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat
dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola
makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan
obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi.
Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi
sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang
kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.
b. Hipertensi Secondary
Hipertensi
secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti
gagal jantung, gagal ginjal, atau
kerusakan sistem hormon tubuh.
c. Pregnancy-induced hypertension
(PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil
yang menderita hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang
ataupun tergolang parah/berbahaya, Seorang ibu hamil dengan tekanan darah
tinggi bisa mengalami Preeclampsia dimasa kehamilannya itu.
Preeclampsia
adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga
merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri
perut, muka yang membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah. Apabila
terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi maka disebut Eclamsia.
2. Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah Pada
Dewasa
|
||
Kategori
|
Tekanan Darah Sistolik
|
Tekanan Darah Diastolik
|
Normal
|
< 120 mmHg
|
(dan) < 80 mmHg
|
Pre-hipertensi
|
120-139 mmHg
|
(atau) 80-89 mmHg
|
Stadium 1
|
140-159 mmHg
|
(atau) 90-99 mmHg
|
Stadium 2
|
>= 160 mmHg
|
(atau) >= 100 mmHg
|
3. Penyebab Hipertensi
a. Penggunaan obat-obatan
Obat-obatan
golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa
obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat
meningkatkan tekanan darah seseorang.
b. Life style
Merokok
juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung
alcohol, kurang olahraga, obesitas juga termasuk salah satu faktor yang dapat
menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
c. Kompliasi akibat penyait yang
menyertai
Hipertensi
bisa disebabkan karena komplikasi penyakit-penyait lain seperti penyakit jantung/ginjal, diabetes, atau tumor
dari kelenjar adrenal, maupun kehamilan.
Faktor-faktor yang
mempertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain:
a.
Keturunan
b.
Usia
c.
Berat Badan
d.
Konsumsi Garam
e.
Ras
f.
Pola makan dan gaya hidup
g.
Aktivitas olahraga
4. Gejala
Pada sebagian besar penderita,
hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa
gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi
(padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau
menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
Ø sakit kepala
Ø kelelahan
Ø mual
Ø muntah
Ø sesak nafas
Ø gelisah
Ø pandangan menjadi kabur yang terjadi
karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan
segera.
Komplikasi
Hipertensi
Meningkatnya tekanan
darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi essensial.
Kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala
setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan
jantung. gejala-gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain
sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial. Pada survei
hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga
berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk,
mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat
komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
Gangguan penglihatan, Gangguan saraf, Gagal jantung,Gangguan fungsi ginjal, Gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma.
Gangguan penglihatan, Gangguan saraf, Gagal jantung,Gangguan fungsi ginjal, Gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma.
Hipertensi
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
stroke, yang dapat menjurus pada kerusakkan otak atau syaraf. Stroke-stroke
umumnya disebabkan oleh suatu hemorrhage (kebocoran darah/leaking blood) atau
suatu gumpalan darah (thrombosis) dari pembuluh-penbuluh darah yang mensupali
darah ke otak. Gejala-gejala dan tanda-tanda (penemuan-penemuan pada
pemeriksaan fisik) pasien dievaluasi untuk menilai kerusakkan syaraf. Sebuah
stroke dapat menyebabkan kelemahan, kesemutan/rasa geli, atau kelumpuhan dari
tangan-tangan atau kaki-kaki dan kesulitan-kesulitan bicara dan penglihatan.
Stroke-stroke kecil yang berganda dapat menjurus pada dementia (kapasitas
intelektual yang lemah/impaired intellectual capacity). Pencegahan yang paling
baik untuk komplikasi-komplikasi hipertensi ini adalah kontrol tekanan darah.
Sebelum bertambah parah dan terjadi
komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola
makan. Beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat.
Seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan
kurang istirahat. Kebiasaan makan juga perlu diwaspadai. Pembatasan asupan
natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk
kesehatan penderita hipertensi.(sumber info: Global Network edisi Agustus
2007)
Serangan jantung suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh bagian otot jantung (myocardium) akibat mendadak sangat berkurangnya suplai darah ke bagian otot jantung. Berkurangnya darah kejantungsecara tiba-tiba dapat terjadi
ketika salah satu nadi koroner ter blokade selama beberapa saat,akibat mengencangnya nadi koroner atau akibat pergumpalan darah. Serangan jantung mungkin
dimulai dengan rasa sakit yang tidak jelas, rasa tidak nyaman, atau rasa sesak
dibagian tengah dada.
ASUHAN
EPERAWATAN
Dx.1
: Nyeri, sakit kepala b.d peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
Yang
di manifestasikan oleh: melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada
regional suboksipital, terjadi pada saat bangun, dan hilang secara spontan
setelah beberapa waktu berdiri.
Segan
untuk menggerakkan kepala, menggaruk kepala, menghindari sinar terang dan
keributan, mengerutkan kening, menggenggam tangan.
Melaporkan
kekakuan leher, pusing, pengelihatan kabur, mual, muntah.
KRITERIA
HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
-
Melaporkan
nyeri/ketidaknyamanan hilang/ terkontrol.
-
Mengungkapkan metode yang
memberikan pengurangan.
-
Mengikuti regimen
farmakologi yang diresepkan
|
-
Mempertahankan tirah
baring selama fase akut
-
Berikan tindakan
nonfarmakologi untuk meredakan nyeri. Mis. Kompers dingin pada dahi, pijat
punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tekni relaksasi (panduan
imajinasi, destriksi) dan aktifitas waktu senggang.
-
Hilangkan aktivitas
vasokontrisi yang dapat meningkatkan sakit kepala. Mis. Mengejan saan BAB,
batuk panjang, membungkuk.
-
Bantu pasien dalam
ambulasis sesuai kebutuhan.
-
Kolaborasi
: beriakan sesuai indikasi => analgesic;
antiansietas, mis.
Lorazepan (ativan), diazepam (valium).
|
-
Meminimalkan
stimulasi/meningkatkan relaksasi
-
Tindakan yang menurunkan
tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat dan memblok respon simpatis
efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
-
Aktivitas yang
meningkatkan vasokontriksi menyebabkab sakit kepala pada adanya peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
-
Pusing dan pengelihatan
kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami
episode hipotensi postural.
-
Dapat menurunan nyeri dan
menurunkan rangsang system saraf simpatis.
-
Dapat mengurangi tegangan
dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stres.
|
Dx. 2: peningkatan curah jantung b.d
peningkatan afterload
KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
- Berpartisipasi dalam aktifitas
penurunan TD/ beban kerja jantung.
- Mempertahankan TD dalam rentang
individu yang dapat diterima.
- Memperlihatkan irama dan frekuensi
jantung stabil dalam rentang normal pasien.
|
- Pantau TD, ukur pada kedua
tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik
yang akurat.
- Catat keberadaan, kualitas
denyutan sentral dan perifer.
|
- Perbandingan dari tekanan
memberikan gamabaran yang lebih lengkap tentang ketrelibatan/bidang masalah
vascular.
Hipertensi berat:
Diastole: 130, >130:
penignkatan pertama, kemudian maligna.
Hioertensi sistolik juga faktor
resiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi
jantung bila tekanan diastolic 90-115.
- Denyutan karotis, jugularis, radialis dan
femoralis mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan
SVR) dan kongesti vena.
|